Saat ini banyak orangtua justru akan merasa sangat kawatir, bila membawa anaknya ke dokter. Alasannya, sebagian besar dokter di Indonesia yang melakukan pelayanan kesehatan terhadap anak selalu menggunakan terapi puyer. Mengapa kekawatiran dan fobia ini terjadi ?
Karena, belakangan ini kelebihan dan kekurangan obat bentuk sediaan puyer ternyata menjadi bahan komoditas kontroversi di antara klinisi. Pertentangan telah menjadi konsumsi publik yang berakibat kekawatiran dalam masyarakat penggunanya. Bagaimana tidak bingung, dokter satu mengatakan puyer berbahaya, dokter lainnya mengatakan puyer aman. Kontroversi itu berpotensi untuk dimanfaatkandan ditunggangi pihak tertentu. Seperti diketahui bahwa industri farmasi khususnya obat bentukan sirup sangat terancam, karena omzet puyer jauh melampaui obat sediaan sirup.
Apalagi belakangan ini hal itu dimanfaatkan oleh media masa untuk membuka kontroversi ini dalam masyarakat secara berlebihan. Selain membuat masyarakat bingung dan cemas kontroversi ini juga berpotensi menimbulkan permasalahan yang lebih besar daripada kecurigaan bahaya puyer itu sendiri.
KONTROVERSI PUYER
Kontroversi penggunaan puyer selama ini timbul karena kekawatiran bahwa puyer tidak steril, beresiko dosis tidak tepat, reaksi campuran bermacam-macam obat, tidak sesuai RUD (Rational Use of Drugs) dan tidak sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Sebenarnya kekawatiran tersebut bila dicermati adalah masalah human error dan kekawatiran itu bisa terjadi obat sediaan yang lain seperti sirup dan kaplet.
Substansi dasar kontroversi yang terjadi selama ini sebenarnya ada dua hal yang berbeda tetapi saling dicampuradukkan permasalahannya. Substansi dasar pertama adalah masalah keilmiahan yaitu tentang manfaat dan bahaya puyer. Sedangkan substansi lainnya adalah masalah non-ilmiah atau penyimpangan etika dan keprofesian. Kecurigaan penyimpangan tersebut berupa penggunaan obat yang tidak rasional seperti pemberian obat yang berlebihan, pemberian antibiotika berlebihan yang dilakukan sebagian dokter. Juga adanya kecurigaan adanya penyimpangan dalam persiapan dan prosedur pembuatan puyer yang dilanggar oleh apoteker
Masalah kontroversi manfaat dan bahaya puyer adalah masalah substansi ilmiah yang harus diselesaikan secara ilmiah. Di bidang kedokteran adalah sesuatu hal yang biasa terjadi kontroversi di bidang ilmiah. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi maka secara perlahan akan menyingkirkan pengetahuan dan tehnologi sebelumnya. Namun kemajuan tehnologi dan pengetahuan tersebut selalu diawali dengan perdebatan dan kontroversi di antara klinisi. Pada umumnya semua tehnologi dan pengetahuan baru di bidang medis yang teruji secara klinis akan banyak di pakai oleh pelayanan kedokteran modern. Namun tidak semua kemajuan tehnologi dan pengetahuan baru selalu yang lebih baik. Sebaliknya tidak semua pengetahuan dan tehnologi yang lama selalu lebih buruk. Misalnya penemuan deteksi penyebab alergi makanan yang memakai alat yang canggih seperti IgE4 dan Bioresonansi, ternyata tidak diakui secara medis, tetapi harus kembali ke ilmu dasar yaitu diagnosis klinis atau DBPCFC.
Di dalam ilmu kedokteran perdebatan iImiah tersebut akan selalu diawali dengan kajian dan pertemuan ilmiah yang dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu yang terkait. Sebagai penentu kontroversi yang diterima adalah adanya fakta ilmiah dan penelitian ilmiah atau yang sering disebut evidence base medicine (kejadian ilmiah berbasis bukti atau penelitian). Sehingga setelah kajian ilmiah tersebut menemukan kata sepakat maka institusi profesi yang terkait akan mengeluarkan rekomendasi untuk dijadikan pedoman penanganan praktek kedokteran dan pegangan aspek legal medisnya. Bila kontroversi itu telah diselesaikan secara iImiah dan diikuti adanya regulasi profesi selanjutnya akan disosialisasikan pada masyarakat.
Sedangkan masalah kontroversi non-ilmiah atau penyimpangan etika dan keprofesian tidak harus diselesaikan secara intern dokter saja. Kecurigaan perilaku penyimpangan etika dan profesi dari sebagian dokter dan apoteker dalam pemberian advis obat dan persiapan obat adalah hak masyarakat untuk mengetahui dan diperdebatkan secara luas. Masyarakat berhak mengetahui permasalahan sesungguhnya. Karena, masyarakat adalah menjadi obyek utama bila terjadi permasalahan pelayanan kesehatan.
PERMASALAHAN YANG TERJADI
Perdebatan tentang kontroversi penggunaan puyer yang sekarang terjadi dalam masyarakat tampaknya sudah campur aduk. Seharusnya bahasan ilmiah tentang bahaya dan manfaat puyer yang seharusnya diselesaikan secara ilmiah terlanjur menjadi perdebatan publik. Kontroversi ilmiah tidak sesederhana seperti perdebatan non ilmiah. Perdebatan ilmiah harus disertai fakta ilmiah berdasarkan evidence base medicine. Untuk menentukan bahaya puyer harus disertai fakta dan penelitian ilmiah yang ada, baru bisa dinyatakan apakah tindakan medis itu bisa digunakan atau tidak.
Tahapan penyelesaian konflik ilmiah inilah yang sekarang tidak terjadi. Tanpa data dan bukti ilmiah, kontroversi itu terlanjur diungkapkan sebagian dokter pada masyarakat secara sistematis dan terus menerus. Bahkan ada upaya untuk menggalang perdebatan tersebut yang melibatkan masyarakat non ilmiah, baik melalui seminar dan media elektronik. Bila kontroversi ilmiah ini menjadi santapan publik maka persepsi yang terjadi dalam masyarakat sangat bias dan melenceng dari substansi dasarnya. Karena persepsi masyarakat seringkali tidak didasari pemikiran dan fakta ilmiah, karena memang bukan kompetensinya. Seharusnya dokter yang mempunyai opini bahwa puyer berbahaya sebelumnya melakukan kajian dan temu ilmiah yang melibatkan para ahli terkait dalam temu ilmiah formal melalui organisasi profesi atau institusi yang ada.
DAMPAK BAGI MASYARAKAT
Sebenarnya akan banyak terjadi karena banyak hal opini masih kontroversial dalam kesehatan, seperti imunisasi penyebab autism padahal fakta ilmiahnya tidak berpengaruh. Bila kontroversi ilmiah terlanjur dibuka di publik maka permasalahan akan timbul semakin panjang dan melebar. Dengan tingkat pengetahuan dan pendidikan yang beragam seringkali kontroversi ini menjadi debat kusir dan melenceng dari substansi yang ada. Seharusnya masalah utama adalah “human error” tetapi kesalahan itu ditimpakan ke puyer. Contohnya, sekarang masyarakat memvonis puyer sebagai biang keladi pemakaian obat yang berlebihan dan tidak sesuai indikasi padahal perilaku ini juga terjadi pada pemberian obat sirup dan orang dewasa. Selama ini orangtua hanya mengkawatirkan puyer pada anaknya, namun tidak menyadari bahwa selama ini mereka kadang juga menjadi korban pelanggaran etika tersebut. Seringkali mereka menolak pemberian resep puyer antibiotika dan obat berlebihan untuk anaknya. Tetapi saat orangtua sakit dan berobat ke dokter sering minta diberi obat antibiotika, batuk dan vitamin berbotol-botol hanya karena infeksi tenggorakan, dan batuk pilek biasa.
Hanya karena salah persepsi tentang puyer masyarakat tidak percaya lagi pada dokter di Indonesia. Karena selama ini sebagian besar dokter yang melayani kesehatan anak dan kesehatan kulit melakukan advis terapi puyer dan campuran obat lainnya. Bila dokter sudah tidak dipercaya, hal terburuk yang bisa terjadi adalah masyarakat akan mengobati sendiri penyakitnya. Fakta telah terjadi, gara-gara fobia terhadap puyer masyarakat takut ke dokter, dan akhirnya membeli obat batuk dan antibiotika sirup sendiri.
Kebiasaan puyer beralih ke sirup juga tidak akan meyelesaikan masalah bila ketakutan masyarakat hanya karena “human error”. Bila perilaku dokter dan apoteker tersebut tidak diperbaiki hanya akan memindahkan masalah dari puyer ke sirup. Dokter tidak akan memaksa pasien untuk mendapatkan sirup. Masyarakat juga jangan merasa yakin bahwa sirup lebih baik. Karena perilaku pemberiaan obat tidak rasional sama bahayanya antara sirup dan puyer. Bahkan masyarakat harus merogoh kocek lebih dalam lagi, karena harga sirup beberapa kali lebih mahal. Akan menjadi masalah baru bagi masyarakat yang berobat di Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah karena sediaan sirup sangat terbatas.
BAGAIMANA MENYIKAPINYA
Dalam menyikapi kontroversi ini semua pihak baik dokter, media dan masyarakat harus jernih dalam melihat permasalahan. Informasi kontroversial yang terlanjur dikonsumsi masyarakat pasti akan menimbulkan kebingungan. Dalam eforia informasi dan tehnologi ini, bila terjadi kebingungan masyarakat harus cerdas dalam memilih sumber informasi kesehatan yang kredibel dan terpercaya seperti IDI, IDAI, DEPKES atau sejenisnya.
Media masa dan dokter sebagai sumber informasi harus cerdas dan cermat dalam mengungkapkan dan mengelola informasi. Karena, permasalahan tertentu seperti kontroversi puyer ini secara tidak disadari berdampak sangat luas. Bila ada opini yang masih dianggap kontroversial secara ilmiah sebaiknya jangan terlalu terburu-buru diungkapkan. Media sebaiknya mencari fakta ilmiah dan rekomendasi resmi dari institusi yang berwenang. Sebenarnya fenomena seperti ini akan banyak terjadi karena banyak hal opini masih kontroversial dalam kesehatan. Seperti imunisasi sebagai penyebab Autism padahal fakta ilmiahnya tidak berpengaruh. Bila kontroversi semacam itu terjadi lagi diungkap dalam masyarakat, maka hanya menjadi informasi dan isu yang tidak berkualitas karena tidak berlandaskan fakta ilmiah.
Berbeda dengan tradisi ilmiah duhulu, dalam era kedokteran modern pendapat dokter ahli yang senior atau bahkan seorang profesorpun belum boleh dijadikan anutan dan pegangan bila belum ada landasan fakta ilmiah atau evidence base medicine. Sebaiknya diadakan Workshop atau Pertemuan Ilmiah dari berbagai disiplin ilmu untuk menyatukan pendapat sebelum mengeluarkan kontroversi yang rawan.
Dalam mengungkapkan masalah non-ilmiah seperti kecurigaan pelanggaran terhadap etika dan keprofesian harus patut diacungi jempol. Sebaiknya kontroversi manfaat dan bahaya puyer ini diganti dengan kewaspadaan pemakaian obat. Substansi dasar kontroversi semua ini sebenarnya adalah masalah “human error dan permasalahan pemberian obat sediaan apapun dalam masyarakat bukan hanya masalah puyer. Dokter dan apoteker sebaiknya harus lebih mawas diri dengan adanya penyimpangan etika dan perilaku dalam penyediaan obat yang masih terjadi dalam masyarakat. Dokter harus memberikan obat dan informasi yang benar sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran. Masyarakat harus mengetahui apa yang diberikan oleh dokter kepadanya.
Selama fakta ilmiah yang menunjukkan bahaya puyer belum ada, dokter dan masyarakat tidak perlu kawatir tentang penggunaan puyer. Bahkan ilmu meracik puyer adalah kegiatan ilmiah yang wajib diikuti oleh mahasiswa kedokteran dan farmasi dalam pendidikannya. Telah dinyatakan hal senada oleh Menteri Kesehatan, ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan ketua IDAI (Ikatan dokter Anak Indonesia) bahwa puyer tidak berbahaya dan tidak menunjukkan akibat buruk. Selama mengikuti prosedur penggunaan obat yang rasional dan menggunakan kaidah ilmu kedokteran dengan baik maka penggunaan puyer tidak masalah. Sampai saat ini Penelitian ilmiah yang akurat tentang bahaya dan keburukan puyer tampaknya belum pernah dilakukan di Indonesia. Inilah ironisnya, belum ada fakta ilmiah tapi kontroversi ini sudah terlempar kemana-mana dan menjadi melebar tak tentu arah.
Sumber ; DISINI
lebih baik kita tunggu hasil finalnya . ,
BalasHapussebelumnya kita tanya dulu dgn para ahli . ,